Diberdayakan oleh Blogger.

11.20.2009

LIKA-LIKU BISNIS


Oleh: Roniyuzirman (judul asli : Memulai Bisnis, Haruskah Semahal ini Harga yang Dibayarkan?


Saat memulai bisnis semua harapan terbentang luas dan indah. Kenyataannya ternyata tidak seindah itu. Bahkan bisa menjadi mimpi buruk.

Saat memulai bisnis semua harapan terbentang luas dan indah. Kenyataannya ternyata tidak seindah itu. Bahkan bisa menjadi mimpi buruk.

Tengoklah kisah dua orang pemuda muslim di Inggris ini. Mark dan Naz, adalah dua orang keturunan Arab yang sepakat mewujudkan impian mereka, membuka restoran burger cepat saji yang lezat dan sehat. Mereka mempertaruhkan segalanya untuk meraih impian itu.

Berkat usaha yang gigih akhirnya restoran itu pun dibuka dari hasil patungan dan bantuan modal 100.000 pound dari David, salah seorang teman mereka.

Para keluarga dan teman-teman dikumpulkan untuk mencicipi The Real Burger World, demikian mereka memberi nama restoran ini. Mereka semua memuji kelezatan burger itu.

Ujian pertama pun datang, alat penghisap asap malah berfungsi sebaliknya, menghembuskan asap. Alarm berbunyi nyaring. Panik, mereka pun menghubungi vendor. Karena hari libur, kantor vendor tutup dan terpaksa mereka menutup sementara restoran hingga hari kerja.

Ujian berikutnya datang lagi. Para tetangga protes dengan asap dan suara bising dari restoran itu. Mereka dipanggil oleh pemerintah kota dan diminta menghentikan operasi sampai dapat ijin dari pihak berwenang dan para tetangga.

Ujian ketiga yang lebih dahsyat juga menghampiri mereka. Pengelola gedung, tempat mereka menyewa ruangan keberatan dengan restoran burger itu. Mereka khawatir kehadiran restoran itu akan mengurangi minat calon pembeli atau penyewa apartemen yang berada di atasnya. Mereka diminta menutup restoran itu.

Inilah masalah yang paling menekan. Mereka pun bernegosiasi dengan segala cara. Akhirnya dicapai kesepakatan berat. Uang sewa dinaikkan dan mereka harus mengganti papan nama restoran. Nama Real Burger World harus diganti dengan RBW saja, supaya tersamar. Masalahnya, apakah calon pembeli akan dengan gampang mengenali bahwa itu adalah restoran burger?

Bisnis harus jalan terus, apa pun risikonya. Mereka harus tetap berjalan dengan "kaki yang pincang". Angka minimal penjualan 1.000 pound per hari harus dikejar untuk mencapai titik impas dan memuaskan investor.

Mereka berusaha memaksimalkan upaya pemasaran dengan anggaran terbatas. Ide-ide pemasaran kreatif berbiaya murah pun dicoba. Mulai dari menyebar brosur, membagikan tester di pinggir jalan, sampai memakai baju badut dan berjoget di pinggir jalan pun mereka lakukan.

Namun, pengunjung masih ogah mampir. Penjualan terus melorot sampai titik yang mengkhawatirkan.

Mereka terus memeras otak, dan AHA! Ide nyeleneh pun keluar. Mereka mengerahkan para teman dan anggota keluarga untuk melakukan demo di depan Mc Donald. Demo mengkampanyekan gerakan anti fast food yang tidak sehat. Tujuannya, tentu saja mengarahkan orang-orang untuk mampir ke restoran mereka sambil membagi-bagikan voucher burger murah.

Boom! Restoran ramai bukan kepalang. Pengunjung pun rela mengantri mengular sampai ke trotoar. Penjualan mencapai rekor tertinggi 1.100 burger hari itu. Semua bekerja keras melayani, tapi bahagia dengan pencapaian ini.

Booming itu ternyata hanya berlangsung sehari saja. Besoknya penjualan kembali normal alias sepi.

Sebuah keputusan berat terpaksa diambil lagi. Sang general manager yang juga adalah teman dekat mereka, terpaksa dipecat. Penggantinya adalah seorang profesional di bidang manajemen restoran. Diharapkan pergantian ini akan memperbaiki kinerja. Kinerja pelayanan memang meningkat tapi tidak untuk penjualan.

Mereka pusing dan panik bukan kepalang. Kerugian dari hari ke hari mulai menggerogoti cash flow bisnis.

Jalan terakhir pun ditempuh. Mereka mengadukan masalah kepada sang investor pasif. Investor ingin menyelamatkan uangnya. Ia meminta hak untuk turut ikut di dalam manajemen dan mengambil keputusan.

Sebuah keputusan paling berat pun akhirnya harus ditelan. Salah seorang dari mereka harus mundur. Naz dinilai tidak becus oleh investor.

Ending dari acara Risking It All yang ditayangkan BBC Knowledge ini memang tidak mengenakkan. Sad ending. Itulah bisnis. Meski pun mereka telah mempertaruhkan segalanya, impian itu masih jauh dari tercapai. Waktu, uang, pikiran, tenaga dan bahkan persahabatan pun harus mereka relakan.

Sebuah pelajaran berharga bagi yang mau mulai bisnis...



Seja o primeiro a comentar!

Posting Komentar

  ©Blere - Todos os direitos reservados.

Template by Dicas Blogger | Topo