Diberdayakan oleh Blogger.

5.30.2009

SMU MUHAMMADIYAH BUMIAYU BREBES JATENG


Tampak Sekolahanku dulu ( SMU MUHI BUMIAYU JATENG ). Saya di besarkan di lingkungan Muhammadiyah dan NU, bapakku orang Nahdlatul Ulama, sedangkan ibu Muhammadiyah. Perbedaan memilih Organisasi khususnya di Bumiayu sangat mencolok. Dalam satu desa bisa di ketahui siapa yang warga Muhammadiyah dan siapa yang warga NU. Kadang perbedaan inilah yang menjadi kerikil-kerikil tajam di Bumiayu. Saya gak habis pikir kenapa mereka begitu fanatik terhadap Organisasi tersebut. Padahal dua organisasi ini didirikan oleh pendirinya untuk maksud yang sama, yaitu mempersatukan kembali umat islam dari penjajah kolonial.

Teringat waktu masih di SMP Muhammadiyah Bumiayu dulu , pak Tatang namanya. Beliau guru Kemuhammadiyahan, suatu waktu dia mengajarkan sejarah berdirinya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Waktu itu saya bingung juga kok pelajarannya Kemuhammadiyahan tapi sejarah NU diajarkan pula. Setelah beberapa saat beliau menerangkan, ternyata saya paham maksud dan tujuannya kenapa sejarah NU diajarkan pula. Kedua Organisasi ini didirikan oleh dua Tokoh perjuangan (KH. Ahmad Dahlan dan KH. Wahid Hasyim Ashari) yang pernah nyantik di Mesir sana. Menurut beliau antara Muhammadiyah dan NU ini seperti adik kakak, Muhammadiyah lahir pada tahun 1912 sedang NU lahir pada tahun 1926. Beliau mengibaratkan kalau Muhammadiyah itu seperti pedang dan NU seperti keris. Jadi kedua Organisasi ini adalah hanya senjata atau alat yang digunakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Beliau menuturkan keherannya kenapa warga islam di Bumiayu lebih fanatik terhadap organisasi yang notabene hayalah sekedar alat perjuangan daripada fanatik terhadap islamnya, bukankah fanatik terhadap keris atau pedang bisa mengakibatkan syirik. Diakhir pelajaran beliau menutup dengan berpesan kepada anak didiknya untuk tidak fanatik terhadap organisasi akan tetapi menegaskan harus fanatik terhadap Islamnya.
Itulah sekelumit pelajaran yang saya ingat waktu SMP dulu, semoga perbedaan pilihan dijadikan alat pemersatu bukan sebagai alat pemecah belah umat islam khususnya dan Bangsa pada umumnya.


2 Comentários:

Kang Yudiono mengatakan...

Wah ternyata masih ingat ya sama almamater. Yup, saya setuju, kita semua jangan melupakan almamater. Apalagi melupakan pencipta.

agus bumiayu mengatakan...

pa kabare mas dayat. artikele bagus,kena nggo renungan wong bumiayu. tapi aja mung nggo renungan tok tapi sisan di nggo ning bermasyarat. met kenal bae karo wong kalerang.

Posting Komentar

  ©Blere - Todos os direitos reservados.

Template by Dicas Blogger | Topo