Diberdayakan oleh Blogger.

5.12.2009

Permadani di Kaki Gunung Selamet


Bak permadani. Bumiayu begitu indah, siapapun yang memandangnya akan terpesona di buatnya. Hamparan sawah yang hijau dan berkeloknya sungai yang membelah kota bumiayu menandakan Bumiayu kota yang subur. Sejak dulu Bumiayu terkenal akan berlimpahnya air, ini di tandai dengan adanya hampir setiap perkampungan di bumiayu di lalui oleh irigasi.
Kini Laju pembangunan di Bumiayu tak terbendung lagi. Di jalan yang menuju langkap dan Adisana yang dulunya sawah, berubah menjadi perumahan-perumahan penduduk. Tak hanya perumahan, kabarnya pusat ekonomi juga akan di pindah ke kawasan ini. Di tandai dengan berdirinya terminal bus yang terletak di dukuh Blere. Di satu sisi aku bahagia Terminal Bus Bumiayu di pindah samping kampungku (Blere), sehingga membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar, disisi lain aku juga sedih, hanya beberapa lama dari di bukanya Terminal, sampah-sampah terlihat di sisi-sisi terminal mulai menumpuk. Sudahkah pihak pemerintah setempat mengantisipasi hal ini?
Setiap perubahan pasti di iringi resiko, tapi bagaimana meminimalisir resiko tersebut. Dampak pembangunan akan mempengaruhi keadaan ekonomi sosial budaya dan juga keamanan. Bagi ku dampak terhadap keamanan yang harus di titik beratkan. Kenapa? Kita tahu terminal bukan…terminal identik akan kebebasan, di tempat ini premenisme bisa tumbuh subur. Kita bisa melihat terminal pulogadung yang terkenal akan kekerasannya, terminal grogol terkenal akan copetnya, terminal kalideres terkenal akan pemerasannya. Dari keadaan tersebut penumpang bus lah yang paling di rugikan. Keamanan dan kenyamanan sangatlah penting, karena bagaimanapun pesatnya pembangunan kalau tidak di iringi dengan perhatian terhadap keamanan, maka laju pembangunan akan berjalan di tempat. Bagaimana tidak, pusat-pusat ekonomi yang tadinya dirancang untuk menaikan taraf hidup akan berganti menjadi pusat kekerasan. Gejala premanisme sudah mulai terlihat, ketika aku pulang kampung awal mei kemarin. Waktu itu aku naik bus Lorena, seperti biasa sebelum bus menuju Jakarta, banyak pengamen yang hilir mudik menjajakan suaranya. Awalnya aku melihat hal seperti ini wajar saja, dimanapun setiap ada terminal pasti ada pengamen. Akan tetapi ada salah satu pengamen yang berusaha memaksa salah satu penumpang yang tidak memberikan uang recehnya. Inilah bibit-bibit kekerasan yang akan tumbuh jika tidak di tangani sedini mungkin oleh aparat keamanan setempat. Akankah permadaniku berubah menjadi karung bolong yang tidak berugana…tolong perhatikan keamanan terminal bus Bumiayu, jangan sampai Bumiayu yang terkenal penduduknya yang ramah tercoreng oleh secuil noda .

Seja o primeiro a comentar!

Posting Komentar

  ©Blere - Todos os direitos reservados.

Template by Dicas Blogger | Topo